Makalah Dasar Logika atau Penalaran
Ilustrasi Otak Manusia |
Dalam era informasi yang semakin maju ini, keahlian dalam logika atau penalaran menjadi salah satu kompetensi yang sangat penting bagi mahasiswa. Sebagai dasar pemikiran rasional, logika memainkan peran krusial dalam proses pembelajaran dan pengembangan intelektualitas. Dalam makalah ini, kami akan membahas secara komprehensif mengenai dasar - dasar logika atau penalaran, memberikan wawasan yang mendalam serta panduan praktis bagi mahasiswa yang ingin meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analitis mereka.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada 2 jenis penalaran, yaitu :
Penalaran Deduktif
Terdapat 4 Kategori dalam penalaran deduktif:
Kesimpulan Relasional
Berdasarkan kata-kata yang menunjukkan hubungan seperti : lebih dari, disebelah kanan dari, dan setelah.
Kesimpulan Preposisional
Berdasarkan negasi dan koneksi seperti : jika, atau, dan
Silogisme
Berdasarkan pasangan premis seperti : seluruh dan sebagian.
Menjumlahkan Kasimpulan Kuantitatif.
Penalaran Silogistik
Silogisme rantai
Silogisme depan
Silogisme stimulus
Silogisme belakang
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
Menjelaskan Konsep Penalaran ?
Menjelaskan Perbedaan Penalaran ?
Menjelaskan Hakikat Dari Penalaran ?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan:
Untuk Mengetahui Konsep Penalaran ?
Untuk Mengetahui Perbedaannya ?
Untuk Mengetahui Hakikat Dari Penalaran ?
BAB II PEMBAHASAN
A. PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui, yang mana proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequense). Hubungan antara premis dan konkusi disebut konsekuensi.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui, yang mana proses inilah yang disebut menalar.
Diperkenalkan oleh Aristoteles 2000 tahun lalu yang digunakan sebagai teknik validasi argumen melalui tiga langkah premis. Dalam Solso (2008) ada 4 macam penggambaran silogisme yaitu :
Macam-macam penalaran
Penalaran ada dua jenis, yaitu :
Induksi adalah suatu bentuk penalaran dari partikular (kenyataan pengetahuan yang lebih konkret dan khusus) ke universal (pengetahuan yan lebih umum). Premis-premisyang digunakan dalam penalaran induktif terdiri atas proposisi-proposisi partikular, sedangkan konklusinya adalah proposisi universal.
Karena proses penalaran yang ditempuhbertolak dari partikular ke universal atau dari khusus ke umum. Pada hakikatnya induksi adalah suatu proses generalisasi, yakni berdasarkan hal-hal partikular yang diteliti diperoleh konklusi universal. Persoalan terutama mengenai induksi adalah salah satu jalan pikiran disebut induksi, manakala berupa penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua/banyak) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus (beberapa/sedikit).
Bahaya yang melekat pada pemikiran induksi adalah bahwa terlalu cepat menarik suatu kesimpulan umum (tanpa memperhatikan apakah cukup memiliki dasar untuk itu), atau menganggap sudah pasti, sesuatu yang sama sekali belum pasti (generalisasi yang tergesa-gesa). Misalnya ucapan seperti : rambut gondrong = kurang ajar, orang desa itu kolot/bodoh, dan sebagainya. Ucapan-ucapan seperti itu seakan-akan berlaku universal (untuk semua).
Padahal sama sekali belum tentu. Kalau ada pemuda berambut gondrong itu kurang ajar. Kemudian adanya penjahatyang berambut gondrong, itu sama sekali tidak berarti bahwa yang berambut yang berambut gondrong mesti jahat. Kesalahan seperti disebut generalisasi yang tergesa-gesa, karena menyatakan sesuatu berlaku umum. Dengan demikian, induksi adalah sutau proses yang tertentu, dimana dalam proses itu, akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang “umum atau universal dari pengetahuan yang khusus partikular”.
Dengan induksi kita mengangkat barang atau hal individu yang tertentu, ke tingkat universal. Kita memperoleh pengertian yang umum tentang barang, hal, kejadian yang konkret serta individual. Hal ini terjadi dengan abstrak ialah dengan melepaskan sifat-sifat yang konkret, kita menentukan inti, hakikat sesuatu. Inilah dasar induksi sebagaimana digunakan dalam ilmu pengetahuan.
1) Pentingnya induksi
Pentingnya induksi karena metode induksi tidak terhingga nilainya dalam pencarian kebenaran-kebenaran tentang alam semesta, tentang manusia, dan tentang relasi antar manusia. Ada beberapa alasannya : Induksi mendorong kita melakukan observasi secara jelas dan hati-hati. Banyak keputusan atau pertanyaan dibuat berdasarkan observasi yang sembrono dan tidak hati-hati atas kehidupan.
Oleh karena itu, tidak dapat diandalkan. Induksi menumbuhkan dalam diri rasa cinta akan fakta-fakta, bukan teori-teori, induksi lebih menekankan fakta-fakta pengalaman konkret ketimbang asumsi atau spekulasi-spekulasi belaka. Induksi membuat kita dapat memprediksi peristiwa-peristiwa. Disini nilai praktis induksi. Melalui induksi kita membuat alam semesta seperti apa yang kita inginkan.
2) Ciri-ciri induksi
Ciri-ciri induksi yaitu : Pikiran kita bertolak belakang dari contoh-contoh, fakta-fakta, atau fenomena-fenomena partikular. Berdasarkan hubungan atau kesesuaian diantara contoh-contoh, fakta-fakta, atau fenomena-fenomena itu pikiran kita menyimpulkan sesuatu kebenaran umum (lebih daripada contoh-contoh manapun).
Deduksi adalah proses pemikiran dari pengetahuan yang umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus atau proses berpikir dari hal yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus seperti :
Semua makhluk yang bernyawa pasti akan matiManusia adalah makhluk yang bernyawa pasti akan matiTumbuhan adalah makhluk yang bernyawa pasti akan mati.
Hewan adalah makhluk yang bernyawa pasti akan mati. Jadi, Manusia, Tumbuhan, Hewan adalah makhluk yang bernyawa pasti akan mati.
1) Sistem-sistem deduksi ;
Sistem Tertutup
Dalam pembahasan ini ada beberapa contoh jalan pikiran deduksi :
v Jajaran Genjang, sisi-sisinya yang berhadapan itu sama.
Merupakan contoh pemikiran deduksi berpangkal dari defenisi Jajaran Genjang (Empat segi sisi yang berhadapan sejajar) serta menerima semua dalil dan batasan tentang garis lurus dan garis sejajar, maka denga satu rangkaian langkah-langkah dapat di buktikan bahwa sisi yang berhadapan itu sama.
Dalam contoh ini semua premis (titik pangkal atau data yang di ketahui) di rumuskan dalam istilah Jajaran Genjang, dan kesimpulan yang di tarik adalah pasti dan tak perlu di ragukan lagi.
v Sudut Segi Tiga
Jumlah ketiga sudut sebuah segi tiga adalah 180 derajat. Kesimpulan ini pun pasti tidak di ragukan lagi. Tak akan ada pengaruh dari luar yang dapat menggoyahkan kepastian kesimpulan tersebut.
Sistem Terbuka
Suatu kesimpulan itu pasti apabila kita tau dengan positif dan tanpa ragu-ragu, bahwa kesimpulan yang di tarik adalah benar dan bahwa kesimpulan atau ucapan yang mengatakan sebaliknya itu salah.
Contoh : Jangan berenang di air yang sekotor ini. Nanti terkena penyakit kulit.
Perbedaan penalaran
Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya itu disebut induksi. Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat.
Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan.
v Contoh penalaran induktif :Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
v Contoh generalisasi :Pemakaian bahasa Indonesia deseluruh daerah diindonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah.
Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
v Macam – macam generalisasi :Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
Generalisasi tidak sempurana adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Penalaran generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan.
Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya.
Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:Kita banyak tertarik dengan planet mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
B. HUBUNGAN SEBAB DAN AKIBAT
Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses berfikir dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh : Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan.
Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota.
Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti: Es ini dingin (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak)
C. PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif diprakarsai oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus.
Sang Bangsawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah;
”A discourse in wich certain things being posited, something else than what is posited necessarily follows from them”
Pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh :
v Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
v DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi. Kesimpulannya : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Ada 2 macam penalaran deduktif ;
v Menarik simpulan secara Langsung
v Menarik simpulan secara Tidak Langsung
Menarik Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis. sedangkan menarik secara tidak langsung merupakan kebalikan dari secara langsung dimana pada secara tidak langsung membutuhkan 2 buah premis sebagai datanya.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme, Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
v Semua manusia akan mati
v Amin adalah manusia
v Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen, Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.Contoh :
v Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
v Pada malam hari tidak ada matahari
v Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
Kesimpulan dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran Deduktif. Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. "Prosesnya disebut Induksi".
Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut Deduksi.
Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem.
D. HAKIKAT PENALARAN
Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berfikir,merasa dan bersikap, dan bertindak.
Semua ini hanya bersumber kepada pengetahuan. Jadi tanpa adanya suatu pengetahuan, manusia akan susah untuk mengetahui hal-hal yang ada disekitarnya.
Pada intinya penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Ciri-ciri penalaran :
X. Adanya suatu pola berfikir yang luas dapat disebut logika. Kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir logis, yang diartikan sebagai kegiatan berfikir suatu pola tertentu, atau perkataan lain menurut logika tertentu.
X. Sifat anitik dari proses berfikirnya. Penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika alamiah, dan begitu juga dengan penalaran yang lain membutuhkan logika yang lain pula.
X. Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Kegiatan berfikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran umamnya adalah intuisi. Intuisi merupakan kegiatan berfikir yang non-analitik yang tidak berdasarkan diri kepada pola berfikir tertentu.
Secara luas dapat kita katakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat dikategorikan kepada cara berpikir analitik yang berupa penalaran dan cara berpikir yang non-analitik yang berupa intuisi dan perasaan.
X. Pengetahuan juga dapat kita tinjau dari sumber yang memberikan pengetahuan tersebut. Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif (terkait dengan rasionalisme) dan induktif (dengan cara empirisme).
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui, yang mana proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequense). Hubungan antara premis dan konkusi disebut konsekuensi.
Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berfikir,merasa dan bersikap, dan bertindak. Semua ini hanya bersumber kepada pengetahuan. Jadi tanpa adanya suatu pengetahuan, manusia akan susah untuk mengetahui hal-hal yang ada disekitarnya.
Pada intinya penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
KRITIK DAN SARAN
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Pada penulisan makalah ini, penulis tidak lepas dari kekurangan. Dengan rasa hormat penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
Ahmadi, Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta
Ambarwati, Sri. 2012. Penalaran. Jakarta : Rajawali pers
Nuryan, Novia. 2013. Penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Komentar
Posting Komentar